Semakin mahalnya minyak tanah non subsidi, berdampak positif
bagi berkembangnya kreatifitas masyarkat. Berbagai upaya dalam mencari bahan
bakar murah sebagai pengganti minya bumi, bermunculan. Terobosan pemanfaatan
berbagai bahan alternatif pun banyak ditemukan. Mulai dari biogas sebagai
pengganti penggerak genset, sampai pemanfaatan limbah air kelapa disulap
menjadi biotanol pengganti minyak tanah.
Menurut Imam Suhadi, bioetanol memiliki beberapa keunggulan,
dibanding minyak tanah. Selain ramah lingkungan, penggunaan bioetanol tidak
menyebabkan kompor meledak dan sangat aman. Hanya, untuk memanfaatkan energi
alternatif yang murah ini harus menggunakan kompor sumbu secara khusus. Dan
kompor khusus ini sudah banyak di pasar. Terutama di wilayah Karanganyar dan
Sukoharjo Jawa Tengah. Untuk DIY, seperti belum banyak tahu teknologi ini,
sehingga pemanfaatannya masih relatif sedikit dan terbatas.
Dengan menggunakan alat penyulingan hasil modifikasi
sendiri, Hadi begitu panggilan akrab bapak 4 anak ini melakukan serangkaian
ujicoba dan hasilnya ternyata di luar dugaannya. Dari 200 liter limbah air
kelapa ternyata menghasilkan tidak kurang dari 90 liter bioetanol. Di samping
memanfaatkan limbah air kelapa, Hadi juga memanfaatkan nira kelapa atau legen
sebagai bahan pembuatan bietanol berkadar 90 persen yang biasa diperguankan
untuk keperluan kesehatan di rumah sakit. Sebagai pencuci dan sterilisasi
alat-alat medis.
“Untuk bioetanol kadar 90 persen, hanya melayani permintaan
suplier perlengkapan alat kesehatan,” kata Hadi yang mengaku hanya tamatan SLTA
ini.
Secara umum, cara pembuatan bioetanol berbahan limbah air
kelapa dengan legen memiliki kesamaan proses. Hanya saja pada modal produksi
yang agak beda kalkulasinya. Limbah air kelapa harganya relatif murah. Hanya
Rp. 400 per liter. Sedangkan untuk harga legen per liter kisaran Rp. 2 ribu.
Bahkan kadang Rp. 3 ribu. Hal ini lantas berpengaruh pada harga jual. Bioetanol
berbahan limbah air kelapa yang memiliki kadar etanol 70 persen biasa dijual
Rp. 7 ribu perliter. Sedangkan bioetanol dari legen berkadar 90 persen, Rp. 20
ribu per liter. Untuk mendapatkan bioetanol berkadar 90 persen harus dilakukan
langkah dua kali penyulingan.
Proses
Sebelum proses penyulingan, bahan baku yang berupa air kelpa
maupun legen terlebih dahulu di fermentasi selama 70 jam. Pada proses
fermentasi ini ada beberapa bahan tambahan seperti ragi yang dimauskkan ke
dalam tampungan, lantas ditutup sampai proses fermentasi itu terjadi. Setelah
lebih kurang 3 hari, baru proses penyulingan dilakukan. Dengan memasukkan bahan
ke dalam drum dan dipanasi sampai mencapai 80 derajat celcius.
Biasanya pada angka ini uap air, sudah mulai naik. Dan
proses ini dipertahankan sampai 5 hingga 7 jam. Untuk 200 liter air kelapa bisa
menghasilkan tidak kurang dari 90 liter bioetanol dengan kadar 70 persen,
sedangkan untuk bahan dari legen setiap 200 liternya bisa menghasilkan tidak
kuran dari 110 liter bioetanol dengan kadar 70 persen. Untuk mendapatkan
Bioetanol 90 persen maka dilakukan penyulingan lagi dengan alat yang lebih
kecil.
“Alat ini memang belum sempurna. Masih perlu dimodifikasi.
Semakin panjang pipa distilator, hasilnya akan lebih bagus,” papar Hadi yang
juga sebagai pengusaha jasa mebel air.
Untuk membuat alat ini dia mengaku hanya merogoh kocek Rp. 4
juta. Jika dibanding alat buatan pabrik, seharga Rp. 12 juta lebih, alat
modifikasi Hadi ini memang sangat sederhana. Meski begitu, secara konsep
destilasi sudah bisa diandalkan. Selama ini untuk proses penyulingan dia
memanfaatkan limbah gergaji sebagai bahan bakarnya, menurut Hadi. Permintaan
pasar cukup bagus, untuk memenuhi permintaan pasar dia sudah lakukan produksi.
Meski masih kecil-kecilan, karena terbentur permodalan. Dia berharap bisa lebih
besar memproduksi bioetanol pengganti minyak tanah. Prospeknya sangat bagus.
Menurutnya sisa dri proses penyulingan ini ternyata juga dapat dimanfaatkan
untuk bahan dasar pupuk cair dan pupuk padat organik. Dia sudah buktikan untuk
kebun salak pondohnya, dan hasilnya cukup memuaskan.
bahan-bahan yang digunakan untuk fermentasi apa saja pak selain ragi? ragi yang dipakai berapa kg untuk fermentasi 200 liter air kelapa itu?
BalasHapusinfo lebih luas donk bu,,butuh referensi nih
BalasHapuskalau mau beli bioethanol dari air kelapa dimana ya??
BalasHapus