Pages

Senin, 20 Februari 2012

Bioetanol dari air kelapa


Semakin mahalnya minyak tanah non subsidi, berdampak positif bagi berkembangnya kreatifitas masyarkat. Berbagai upaya dalam mencari bahan bakar murah sebagai pengganti minya bumi, bermunculan. Terobosan pemanfaatan berbagai bahan alternatif pun banyak ditemukan. Mulai dari biogas sebagai pengganti penggerak genset, sampai pemanfaatan limbah air kelapa disulap menjadi biotanol pengganti minyak tanah.
Menurut Imam Suhadi, bioetanol memiliki beberapa keunggulan, dibanding minyak tanah. Selain ramah lingkungan, penggunaan bioetanol tidak menyebabkan kompor meledak dan sangat aman. Hanya, untuk memanfaatkan energi alternatif yang murah ini harus menggunakan kompor sumbu secara khusus. Dan kompor khusus ini sudah banyak di pasar. Terutama di wilayah Karanganyar dan Sukoharjo Jawa Tengah. Untuk DIY, seperti belum banyak tahu teknologi ini, sehingga pemanfaatannya masih relatif sedikit dan terbatas.
Dengan menggunakan alat penyulingan hasil modifikasi sendiri, Hadi begitu panggilan akrab bapak 4 anak ini melakukan serangkaian ujicoba dan hasilnya ternyata di luar dugaannya. Dari 200 liter limbah air kelapa ternyata menghasilkan tidak kurang dari 90 liter bioetanol. Di samping memanfaatkan limbah air kelapa, Hadi juga memanfaatkan nira kelapa atau legen sebagai bahan pembuatan bietanol berkadar 90 persen yang biasa diperguankan untuk keperluan kesehatan di rumah sakit. Sebagai pencuci dan sterilisasi alat-alat medis.
“Untuk bioetanol kadar 90 persen, hanya melayani permintaan suplier perlengkapan alat kesehatan,” kata Hadi yang mengaku hanya tamatan SLTA ini.
Secara umum, cara pembuatan bioetanol berbahan limbah air kelapa dengan legen memiliki kesamaan proses. Hanya saja pada modal produksi yang agak beda kalkulasinya. Limbah air kelapa harganya relatif murah. Hanya Rp. 400 per liter. Sedangkan untuk harga legen per liter kisaran Rp. 2 ribu. Bahkan kadang Rp. 3 ribu. Hal ini lantas berpengaruh pada harga jual. Bioetanol berbahan limbah air kelapa yang memiliki kadar etanol 70 persen biasa dijual Rp. 7 ribu perliter. Sedangkan bioetanol dari legen berkadar 90 persen, Rp. 20 ribu per liter. Untuk mendapatkan bioetanol berkadar 90 persen harus dilakukan langkah dua kali penyulingan.
Proses
Sebelum proses penyulingan, bahan baku yang berupa air kelpa maupun legen terlebih dahulu di fermentasi selama 70 jam. Pada proses fermentasi ini ada beberapa bahan tambahan seperti ragi yang dimauskkan ke dalam tampungan, lantas ditutup sampai proses fermentasi itu terjadi. Setelah lebih kurang 3 hari, baru proses penyulingan dilakukan. Dengan memasukkan bahan ke dalam drum dan dipanasi sampai mencapai 80 derajat celcius.
Biasanya pada angka ini uap air, sudah mulai naik. Dan proses ini dipertahankan sampai 5 hingga 7 jam. Untuk 200 liter air kelapa bisa menghasilkan tidak kurang dari 90 liter bioetanol dengan kadar 70 persen, sedangkan untuk bahan dari legen setiap 200 liternya bisa menghasilkan tidak kuran dari 110 liter bioetanol dengan kadar 70 persen. Untuk mendapatkan Bioetanol 90 persen maka dilakukan penyulingan lagi dengan alat yang lebih kecil.
“Alat ini memang belum sempurna. Masih perlu dimodifikasi. Semakin panjang pipa distilator, hasilnya akan lebih bagus,” papar Hadi yang juga sebagai pengusaha jasa mebel air.
Untuk membuat alat ini dia mengaku hanya merogoh kocek Rp. 4 juta. Jika dibanding alat buatan pabrik, seharga Rp. 12 juta lebih, alat modifikasi Hadi ini memang sangat sederhana. Meski begitu, secara konsep destilasi sudah bisa diandalkan. Selama ini untuk proses penyulingan dia memanfaatkan limbah gergaji sebagai bahan bakarnya, menurut Hadi. Permintaan pasar cukup bagus, untuk memenuhi permintaan pasar dia sudah lakukan produksi. Meski masih kecil-kecilan, karena terbentur permodalan. Dia berharap bisa lebih besar memproduksi bioetanol pengganti minyak tanah. Prospeknya sangat bagus. Menurutnya sisa dri proses penyulingan ini ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar pupuk cair dan pupuk padat organik. Dia sudah buktikan untuk kebun salak pondohnya, dan hasilnya cukup memuaskan.



3 komentar:

  1. bahan-bahan yang digunakan untuk fermentasi apa saja pak selain ragi? ragi yang dipakai berapa kg untuk fermentasi 200 liter air kelapa itu?

    BalasHapus
  2. info lebih luas donk bu,,butuh referensi nih

    BalasHapus
  3. kalau mau beli bioethanol dari air kelapa dimana ya??

    BalasHapus